Beberapa waktu Restoran Dapur Solo yang berada di daerah Sunter mengadakan event Gelar Cita Rasa Solo 2015. Ada 30 tenant dan sponsor yang mengikuti acara tahunan Dapur Solo yang sudah dilaksanakan dalam tiga tahun belakangan ini.
Sesampainya di halaman depan restoran, terlihat semua stand menjual makanan tradisional Indonesia. Bukan hanya makanan dari Solo, ada lumpia Semarang hingga ikan bilis dari Sumatera Barat yang juga dijual di sini. Namun dari sekian banyak stand, saya tertarik dengan salah satu stand yang menjual bubur Solo.
Wahhh... ternyata tak hanya ada bubur Manado, bubur Cirebon, bubur Singkawang, dan bubur Tangerang. Solo juga memiliki jenis buburnya sendiri. Saya pun bertanya-tanya seperti apakah bubur Solo tersebut.
Salah satu ibu penjual yang tampak begitu ramah menjelaskan. Dia kemudian membuka satu periuk yang terbuat dari tanah liat dan menunjukkan bubur nasi yang berwarna putih bersih. Menurutnya bubur nasi tersebut dimasak cukup lama, yaitu sekitar lima jam. Saya pun termangu-mangu mendengarkan penjelasan tersebut.
Tekstur buburnya kental dan halus lembut. Sudah tak terlihat lagi bulir nasinya. Rasanya pun sudah gurih tanpa diberi toping apa pun. Menurut si ibu, rasa gurih di bubur tersebut berasal dari air santan yang dimasak bersama dengan beras.
Bubur nasi gurih itu kemudian dimakan bersama tiga macam toping, yaitu opor tahu yang dicampur dengan telur puyuh yang warnanya kekuningan, krecek yang berminyak dengan warna merah kecokelatan, dan juga sambal tumpang.
Karena saya berasal dari daerah Sumatera Utara, nama sambal tumpang masih begitu asing di telinga saya. Memahami ketidakmengertian saya, si ibu pun menjelaskan bahwa sambal tumpang terbuat dari tempe bosok alias tempe yang sudah busuk. Jadi, tempe memang sengaja didiamkan beberapa hari, baru dimasak.
Tempe itu yang kemudian dimasak dengan berbagai bumbu yang terlebih dahulu direbus baru dihaluskan. Setelahnya, tempe yang masih segar pun dimasukkan bersama dengan tempe bosok sebagai tambahan.
Melihat tampilan dan isinya, tampaknya bubur ini berbeda dengan 4 Jenis Bubur yang Bikin Ngiler. Oleh karena itu, saya pun tak mau melewatkan kesempatan untuk menikmati satu mangkuk bubur Solo.
Menurut Bapak Fariz, perwakilan dari Dapur Solo, stand-stand, khususnya masakan Solo, dipanggil langsung dari Solo untuk memeriahkan event ini. Makanan yang dipilih adalah menu-menu yang sudah langka dan tidak banyak dikenal orang. Salah satunya adalah bubur Solo. Menurutnya lagi, masih banyak lagi makanan Solo yang juga sama langkanya dengan bubur Solo, seperti tumpang letok, cabuk rambak, dan tahu acar. Melalui event inilah, Dapur Solo ikut serta memperkenalkan makanan tersebut kepada masyarakat.
Kebetulan bubur Solo sedang mampir di Jakarta karena setelah acara Gelar Cita Rasa Solo berakhir, bubur Solo ini hanya bisa dinikmati di Pintu Utara Pasar Gede Solo. Wahhh.... jauh ya. Setelah menghabiskan semangkuk bubur Solo, sepertinya saya juga akan memesan menu-menu yang memang sangat asing di telinga. Saya pun mau menjadi bagian yang ikut melestarikan dan mencintai kuliner negeri sendiri. Bagaimana dengan kamu?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wuaahhh kalo lg mudik ke solo, aku srg beli bubur ini utk sarapan mbaa ;).. kdg2 dipakein gudeg tuh, ama kreceknya.. namanya bubur lemu :D.. simple tp enaakk
BalasHapusOhhh ya.... enak juga ya pakai gudeg... klo ke solo, hunting juga makanan enak ini
Hapuswahh kelihatannya yummy
BalasHapusbelum pernah coba sih
Yappp mba yummy super duper
Hapusnah ini dia warnanya merah, biasanya putih
BalasHapusenyak kayaknya mbak, nanti kalo ke solo mampir deh ke situ :D
Enyakkkk.... enyak... enyakk.... cobain dejh
BalasHapusEnyakkkk.... enyak... enyakk.... cobain dejh
BalasHapus