Senin, 07 Desember 2015

Dari Roti Prata Hingga English Breakfast di Singapura

Yeahhh back to Singapore untuk tugas negara. Saya dan seorang teman akan menginap satu minggu di hotel Marrison yang berada di Bugis Street. Ada banyak pengalaman yang lucu, unik, menyenangkan, dan menyebalkan tinggal di negara ini. Salah satu yang unik adalah mengenai sarapan yang belum pernah saya alami sebelumnya.

Hotel Marrison adalah salah satu hotel bintang tiga. Namun begitu, hotel tersebut tidak memiliki restoran sendiri. Resepsionis hotel akan memberikan voucher sarapan saat check-in kepada pengunjungnya. Setelahnya barulah kita dapat menukarkannya di restoran yang ditunjuk. Letak restorannya tidak terlalu jauh dari hotel.

Apakah pemilik restoran tersebut sama dengan pemilik hotel? Jawabannya mana saya tahu dan saya juga enggan menanyakannya karena orang-orang di Singapura tidak begitu ramah menjawab orang asing meskipun kita adalah customer mereka yang terhormat. Sesuai dengan slogannya mereka "don't talk to stranger". Jadi, jangan pernah senyum sembarangan di sini. Rugi!

Kembali ke masalah sarapan. Di hari pertama yang saya makan pagi di restoran yang menyajikan English Breakfast yang terdiri dari roti, sosis, omelet, dan kacang merah. Tampilannya seperti ini.


Yummy.... Restoran ini menawarkan dua jenis minuman, yaitu kopi dan teh.  Meskipun terbiasa makan buah saat sarapan di Indonesia, saya berusaha untuk menikmati sarapan ini. Alasannya karena buah-buahan di Singapura mahal. Daripada harus bayar mahal, lebih baik dinikmati saja sarapan ala-ala orang Singapura ini.

Keesokannya saya makan pagi di restoran sebelahnya, yaitu Subway. Restoran ini menyediakan sandwich dengan berbagai pilihan jenis roti. Topping-nya pun banyak. Ada sayur dan buah dengan aneka ragam pilihan, mulai dari selada, tomat, alpukat, jallapenos, acar cabe, acar timun, hingga zaitun. Topping lainnya yang bisa dipilih adalah ayam, sapi, kalkun, dan tuna. Silakan pilih mayonais, thousand island, saus, hingga mustard untuk sausnya. Pilihan minumannya adalah kopi dan lipton tea.


Beberapa hari tinggal di Bugis Street kami pindah ke Hotel Morrison Little karena klien menginginkan ruang kamar yang lebih  besar. Akhirnya kami pun menarik koper-koper kami ke Little India.  Sesampainya di sana memang kamarnya lebih besar dibandingkan Morrison di Bugis Street, tetapi keadaannya lebih tidak enak. Ini hanya perasaan kami atau bukan, tetapi orang-orang di Little India sepertinya memeloti kami dari atas hingga ke bawah. Kami merasa tidak nyaman. Selain itu, hotel di Little ini ternyata tidak memiliki lift dan kuncinya pun manual.

Klien kami kembali meminta pindah kembali ke Bugis Street. Ngerepotin ya?

Kembali ke masalah sarapan, kami sempat makan pagi satu kali di sini. Hotel Marrison Little Inida juga tidak memiliki restoran sendiri. Hotel menunjuk salah satu restoran yang menyajikan roti prata alias roti canai yang memang merupakan menu makan pagi orang-orang India. Ada tiga pilihan kari yang dapat kamu pilih. Makanan disajikan di piring-piring kaleng warna metalik.



Setelah negoisasi yang alot dengan manajer hotel akhinya kami kembali lagi ke Bugis Street. Pesan sang manajer hotel "Maam ini yang terakhir Anda boleh pindah!"

Baiklah kami pun segera meninggalkan Little India dan mata-mata itu pun tampaknya masih mengikuti kami.

Masih banyak cerita lain tentang makanan di Singapura. Check out terus ya  blog ini!

5 komentar: